Sepasang suami-isteri berkonsultasi kepada saya semalam. Pada pemeriksaan bulan sebelumnya didapati konsentrasi spermatozoa 5,0 juta/ml. Saat ini didapatkan konsentrasi 2,9 juta/ml.
ISTERI: “Kok setelah diobati sperma suami saya jadi semakin memburuk Dok?”
SAYA: “Ini lebih baik Bu.”
ISTERI: “Kok bisa?? Jelas-jelas konsentrasinya turun.”
SAYA: “Pertama-tama perlu saya jelaskan bahwa hasil analisis semen itu sangat berfluktuasi.”
SUAMI: “Maksudnya?”
SAYA: “Pada individu yang sama, meskipun sehat, hasilnya bisa berubah-ubah. Oleh karena itu potensi kesuburan laki-laki tidak boleh didasarkan pada hasil satu analisis semen. Sebaiknya dilakukan dua kali analisis semen. Bila hasilnya jauh berbeda dilakukan pemeriksaan ketiga.”
(Tarik napas sebentar)
SAYA: “Pada pasien yang spermanya kurang, saya akan melakukan analisis semen beberapa kali untuk menilai perkembangan terapi. Saya akan melihat kecenderungan perubahan profil semen dari pemeriksaan berulang ini. Coba kita lihat, bulan lalu yang bergerak maju hanya 6%, saat ini menjadi 22%. Dulu volumenya 1,1 ml, saat ini menjadi 1.2 ml. Dulu spermatozoa bentuk normal 0%, sekarang 2%. Bila dihitung, maka bulan lalu Bapak memiliki 330.000 spermatozoa bergerak. Saat ini Bapak memiliki 638.000 spermatozoa bergerak. Pada pemeriksaan terakhir ini juga ada spermatozoa yang bentuknya normal.” Pada pemeriksaan sebelumnya ditemukan leukosit sejumlah 1,3 juta/ml. Kehadiran leukosit (Sel darah putih) dalam jumlah seperti ini dapat menyumbangkan radikal bebas lebih dari 1000 kali lipat daripada kondisi biasa. Bisa saja sebagian besar dari 330.000 spermatozoa bergerak tersebut sedang mengalami kerusakan membran dan DNA akibat leukosit. Saat ini tidak ditemukan leukosit.
SUAMI: “Memangnya nilai normalnya berapa ya dok?”
SAYA: “Sebenarnya dalam analisis semen tidak ada istilah NILAI NORMAL, yang ada adalah NILAI REFERENSI. Pada penelitian, kelompok yang memiliki nilai yang sama dengan nilai referensi sebagian besar dapat menghamili isterinya dalam 1 tahun pernikahan. Namun apabila hasil analisis semen di bawah nilai referensi bukan jaminan pasti tidak bisa menghamili.”
Suami melihat nilai referensi
SUAMI: “Tapi nilai ini masih jauh sekali dari nilai referensi.”
SAYA: “Betul Bapak. Namun melihat trend, di mana dulu sperma bapak nol (AZOOSPERMIA), maka hasil ini sudah sangat menyenangkan. Atas izin Bapak, sperma ini telah DIBEKUKAN sehingga bila Ibu telah siap, kita bisa gunakan sperma ini untuk proses ”INTRACYTOPLASMIC SPERM INJECTION”.
SUAMI: “Jadi tidak bisa hamil alami ya dok.”
SAYA: “Bukan tidak mungkin, tetapi kemungkinannya kecil. Bapak harus bersyukur bahwa dengan teknologi yang ada, kita bisa meningkatkan peluang kehamilan pada pasien-pasien dengan kondisi seperti Bapak.”
Setelah memahami, Suami dan Isteri ini berdebat sendiri di hadapan saya. Berdebat apakah mau membekukan sperma lagi pada kunjungan berikutnya.
-dr. Agustinus, Sp.And-